"Pada" dan "Kepada"
Dimuat dalam Harian Pikiran Rakyat, 12 Januari 2020
Masalah preposisi dalam bahasa Indonesia agak rumit. Salah satunya
masalah preposisi pada dan kepada. Ivan Lanin dalam tulisannya di
Beritagar.id yang berjudul “Di, Ke, Pada, dan Kepada” menguraikan bahwa kata pada
menandai posisi atau keberadaan (searti dengan di), sedangkan kepada
menandai tujuan atau arah (searti dengan ke).
Namun, faktanya penutur sering menggunakan kata pada untuk
menandai tujuan atau arah. Misalnya dalam kalimat Aku tertarik pada
pekerjaan itu dan Dia sangat marah padaku. Kata kepada dapat
juga digunakan dalam kalimat-kalimat itu, tetapi kata pada lebih sering
digunakan. Mengapa demikian?
Paling tidak ada dua faktor yang mendorong penutur untuk
menggunakan pada sebagai penanda tujuan. Faktor pertama adalah jenis
verba yang digunakan. Berdasarkan maknanya, ada verba yang menggambarkan
perbuatan dan ada yang menggambarkan keadaan atau pengalaman. Contoh verba yang
menggambarkan perbuatan adalah mengirimkan, memberikan, dan menyampaikan.
Verba yang menggambarkan keadaan misalnya cinta, rindu, dan marah.
Verba keadaan sering bertumpang tindih dengan adjektiva. Adapun verba yang
menggambarkan pengalaman misalnya ingat dan lupa. Apabila verba
menggambarkan perbuatan, penutur cenderung menggunakan preposisi kepada.
Namun, jika verba menggambarkan keadaan atau pengalaman, preposisi pada
lebih sering digunakan.
Mari kita lihat situs korpus IndonesianWaC dalam Sketch Engine.
Kata dikirimkan berkolokasi dengan kepada sebanyak 205 kali dan
berkolokasi dengan pada sebanyak 43 kali. Lalu, kata memberikannya
berkolokasi dengan kepada sebanyak 226 kali dan berkolokasi dengan pada
sebanyak 52 kali. Adapun kata rindu berkolokasi dengan pada
sebanyak 95 kali dan berkolokasi dengan kepada sebanyak 65 kali. Lalu,
kata lupa berkolokasi dengan pada sebanyak 227 kali dan
berkolokasi dengan kepada sebanyak 146 kali. Data ini menunjukkan bahwa
kata kepada cenderung berkolokasi dengan verba perbuatan, sedangkan pada
cenderung berkolokasi dengan verba keadaan atau pengalaman.
Faktor kedua adalah jenis nomina yang mengikuti preposisi pada
atau kepada. Penutur cenderung menggunakan kata kepada untuk
nomina insani. Untuk nomina noninsani, penutur cenderung menggunakan kata pada.
Kalimat Dia cinta kepada istrinya berterima, tetapi kalimat Dia cinta
kepada pekerjaannya kurang berterima. Untuk kalimat kedua, yang lebih lazim
adalah Dia cinta pada pekerjaannya. Barangkali ini pula sebab lirik lagu
“Bagimu Negeri” berbunyi padamu negeri, bukan kepadamu negeri.
Sebab, kata negeri bersifat noninsani.
Dalam IndonesianWaC Sketch Engine, gabungan kata takut pada
banyak berkolokasi dengan nomina noninsani, seperti kematian, hukuman,
perubahan, kekuasaan, dan kegagalan. Adapun gabungan kata takut
kepada banyak berkolokasi dengan nomina insani, seperti manusia, musuh,
pemerintah, dan polisi.
Dengan demikian, secara deskriptif dapat kita katakan bahwa kata pada
juga bisa memiliki arti yang sama dengan kepada. Pilihan penutur
terhadap dua preposisi tersebut didasarkan pada kata yang mendahuluinya atau
mengikutinya.
Penulis, mahasiswa FIB UI
Comments
Post a Comment