Penghilangan Preposisi

Dimuat dalam Harian Pikiran Rakyat, 12 Januari 2020




Preposisi atau kata depan kerap menjadi masalah yang pelik dalam bahasa Indonesia. Beberapa preposisi kadang-kadang digunakan, kadang-kadang pula dihilangkan. Bilamana perlu digunakan dan bilamana tidak, kadang-kadang tidak jelas. Namun, masalah ini dapat kita uraikan secara deskriptif dengan melihat bagaimana keberterimaan kalimat tersebut.

Dalam kalimat pasif, preposisi oleh dapat digunakan dan dapat pula dihilangkan. Baik kalimat Mobil itu dicuci Ahmad maupun Mobil itu dicuci oleh Ahmad, keduanya berterima. Akan tetapi, menurut TBBI, preposisi oleh wajib hadir apabila verba predikat tidak diikuti langsung oleh pelengkap pelakunya. Dengan demikian, kalimat Mobil itu dicuci bersih oleh Ahmad dapat diterima, sedangkan Mobil itu dicuci bersih Ahmad tidak dapat kita terima karena terdapat kata bersih yang menyisip di antara verba predikat bersih dan pelengkap pelaku Ahmad.

Kecenderungan semacam ini rupanya tidak hanya terjadi pada kalimat pasif. Kendati dianggap tidak baku, hal ini juga terjadi pada kalimat aktif yang mengandung verba-verba berpreposisi. Menurut TBBI, verba berpreposisi ialah verba taktransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu. Beberapa contoh verba berpreposisi adalah cinta kepada, mirip dengan, dan bertemu dengan. Mari kita perhatikan satu per satu.

Untuk mengungkapkan perasaan cinta, ada dua macam kalimat yang biasa dipakai penutur: tanpa preposisi (Aku cinta kamu) dan dengan preposisi (Aku cinta kepadamu). Ada pula yang menggunakan preposisi akan (Aku cinta akan dikau) atau pada (Aku cinta padamu). Namun, untuk bahasan ini kita abaikan saja. Terlepas dari sudut pandang preskriptif yang menganggap kalimat pertama tidak baku, kita dapat melihat bahwa kedua kalimat itu lazim dan berterima. Kalimat tanpa preposisi akan ditolak apabila kita menyisipkan kata di antara verba dan pelengkapnya. Kalimat Aku cinta sekali kamu terdengar janggal, tetapi Aku cinta sekali kepadamu berterima.

Mari kita lihat contoh berikutnya. Baik kalimat Dia mirip ibunya maupun Dia mirip dengan ibunya berterima. Fakta keberterimaan ini juga didukung oleh KBBI yang memberikan contoh penggunaan kata mirip tanpa diikuti preposisi dengan. Namun, kalimat Dia mirip betul ibunya tidak berterima. Kalimat yang berterima adalah Dia mirip betul dengan ibunya. Begitu pula dengan bertemu dengan. Kalimat Saya bertemu dengan tetangga saya dapat dihilangkan preposisinya menjadi Saya bertemu tetangga saya, tetapi kalimat Saya bertemu lagi dengan tetangga saya tidak dapat dihilangkan preposisinya menjadi Saya bertemu lagi tetangga saya.

Selain faktor sintaktis di atas, ada juga faktor semantis yang menyebabkan suatu preposisi tidak digunakan. Kalimat Adi masuk ke sekolah, misalnya, mempunyai makna yang berbeda dengan Adi masuk sekolah. Kalimat Adi masuk ke sekolah memberikan gambaran bahwa Adi berjalan masuk ke sekolah melalui gerbang dan sebagainya. Sementara itu, kalimat Adi masuk sekolah mengandung pengertian bahwa Adi menghadiri atau mengikuti pelajaran di sekolah.



Penulis, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Imbuhan peN-, pe-, dan per- Disertai Soal

Alomorf Imbuhan meN- (Disertai Kasus Bahasa dan Soal)

Layung dan Lembayung