Isra dan Mikraj Rasulullah Ṣallallahu 'Alaihi wa Sallam

Isra dan Mikraj Rasulullah Ṣallallahu Alaihi wa Sallam

A. Pengertian Isra dan Mikraj
Isra (bahasa Arab: al-isrā’ الإسراء) secara bahasa berasal dari kata sarā (سرى) yang bermakna 'perjalanan pada malam hari'. Adapun secara istilah, isra bermakna perjalanan Rasulullah allallahu ‘alaihi wa sallam bersama Malaikat Jibril dari Masjidilharam di Makkah ke Masjidilaqsa di Palestina pada malam hari dengan mengendarai burak.

Mikraj (bahasa Arab: al-mirāj المعراج) secara bahasa merupakan isim alat (kata yang menunjukkan alat/sarana untuk melakukan sesuatu) dari kata araja (عرج) yang berarti 'naik, menuju ke atas'. Dengan demikian, makna mikraj secara bahasa adalah 'suatu alat yang dipakai untuk naik, baik berupa tangga maupun yang lainnya'. Adapun secara istilah, mikraj bermakna tangga khusus yang digunakan Nabi Muhammad allallahu ‘alaihi wa sallam naik pada malam hari dari Baitulmaqdis ke langit.

Jadi, isra mikraj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad allallahu ‘alaihi wa sallam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa, kemudian langsung ke Sidratulmuntaha pada malam hari untuk menerima perintah salat lima waktu.

B. Dalil dan Kisah Perjalanan Isra dan Mikraj
Prosesi sejarah perjalanan Isra Rasulullah termaktub dalam surah al-Isrā’ ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. al-Isrā’/17: 1)

Adapun tentang mikraj Allah menjelaskan dalam surah an-Najm ayat 1318.

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratulmuntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (Q.S. an-Najm/53: 13-18)

Kisah isra dan mikraj disarikan dalam ahīh Bukhari dan ahīh Muslim. Karena keterbatasan halaman, di sini disajikan poin-poinnya saja secara ringkas, yaitu sebagai berikut.

·     Rasulullah didatangkan Burak, hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal. Rasulullah pun menungganginya sampai tiba di Baitulmaqdis. Kemudian beliau masuk ke masjid dan salat 2 rakaat kemudian keluar.

·       Di langit pertama Rasulullah bertemu dengan Nabi Adam alaihi salam. Beliau bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam, dan Nabi Ibrahim di langit ketujuh. Beliau bersabda, “Maka aku bertemu dengan Ibrahim dan dia sedang bersandar ke Baitulmakmur. Ia adalah (masjid) yang dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap harinya, sedang mereka tidak kembali lagi. Lalu Jibril membawa Rasulullah ke Sidratulmuntaha.

·     Kemudian Jibril alaihi salam datang kepada Rasulullah  allallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa sebuah bejana yang berisi khamar dan bejana yang berisi susu, lalu beliau pun memilih susu. Maka Jibril berkata, “Engkau telah memilih fitrah.”

·      Kemudian mereka terus ke atas sampai tiba di sebuah jenjang. Di sana Rasulullah  allallahu ‘alaihi wa sallam mendengar goresan pena. Lalu Allah mewahyukan kepadanya apa yang Dia wahyukan, yaitu kewajiban 50 salat sehari semalam. Kemudian beliau turun kepada Nabi Musa alaihi salam. Ia bertanya, “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas umatmu?”. Rasulullah  allallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “50 salat”. Ia berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya.” Mendengar itu, Rasulullah  allallahu ‘alaihi wa sallam pun kembali kepada Allah seraya berkata, “Wahai Tuhanku, ringankanlah atas umatku,” maka dikurangi 5 salat. Kemudian Rasulullah kembali kepada Musa dan berkata, “Allah mengurangi untukku 5 salat”. Ia berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan. Rasulullah  ṣallallahu ‘alaihi wa sallam terus mondar-mandir antara Allah Taala dan Musa alaihi salam. Pada akhirnya, Allah berfirman, “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 salat sehari semalam, setiap salat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 salat. Barang siapa meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikit pun. Jika dia mengerjakannya, akan ditulis (baginya) satu kejelekan.” Kemudian Rasulullah  allallahu ‘alaihi wa sallam turun sampai beliau bertemu dengan Musa alaihi salam seraya menceritakan hal tersebut kepadanya. Nabi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan,” maka Rasulullah pun berkata, “Sungguh aku telah kembali kepada Tuhanku sampai aku malu kepada-Nya”. Kemudian Rasulullah dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya ada gunung-gunung dari permata dan debunya adalah misk (minyak wangi).

Sumber:

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengenal Imbuhan peN-, pe-, dan per- Disertai Soal

Alomorf Imbuhan meN- (Disertai Kasus Bahasa dan Soal)

Layung dan Lembayung